Sabtu, 02 Januari 2010

bangunan alam

Bagaimana para Ahli Kasyaf menyaksikan alam yang begitu luas dan jauh ? Adakah mereka perlu menaiki sejenis kendaraan dan terbang ke seluruh alam maya untuk menyaksikannya ? Nabi Muhammad s.a.w telah menaiki Bouraq dan mengembara ke seluruh alam di bawah bumbung Langit Dunia (Langit Pertama). Kemudian Baginda s.a.w mikraj menggunakan tangga yang dijulurkan dari alam atas seperti lift yang dibawa turun dari tingkat atas. Tetapi bouraq hanya untuk para nabi tidak bagi manusia biasa, walaupun seorang yang kasyaf. Namun, Allah s.w.t mempunyai caranya sendiri untuk memperlihatkan alam ciptaan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki.

Pandanglah sebuah bangunan. Bangunan dapat dilihat karena ada cahaya dari sumber cahaya yaitu matahari. Cahaya matahari menerpa ke arah bangunan itu lalu membawa seluruh bangunan tersebut ke mata. Mata juga bercahaya sebagai persediaan untuk menerima pancaran cahaya matahari yang datang. Jika mata terpejam atau berselaput tidak mungkin cahaya matahari dapat memasukinya. Pertemuan cahaya matahari dari atas dengan cahaya mata di bawah melahirkan gambar pada bagian belakang bola mata. Gambar yang tertera pada layar bola mata itu dalam keadaan terbalik. Otak berperan untuk membetulkannya kembali. Otak dapat berfungsi sebagai pemberi kesan aktivitas akal. Akallah yang melihat bangunan tersebut. Seluruh bangunan yang begitu besar dapat masuk ke dalam akal.

Andaikata kita berada di tempat yang tinggi dan pandangan kita cukup kuat maka kita dapat melihat seluruh planet bumi berada di dalam akal kita. Akal kita menjadi seperti satu ruang angkasa yang luas yang memuatkan planet bumi. Jika kita berada pada tempat yang lebih tinggi dan pandangan kita lebih kuat maka kita akan dapat menyaksikan seluruh Alam Syahadah (Alam Makhluk). Begitulah keadaannya hingga kita dapat melihat seluruh Alam Mitsal dan Alam Arwah. Jadilah diri kita seolah-olah satu ruang angkasa yang di dalamnya terapung-apung seluruh alam makhluk.

Jika kita memandang kepada sebuah bangunan maka bangunan itu yang datang kepada kita bukan kita yang menuju kepadanya. Kita tidak bergerak satu langkah pun. Begitu juga keadaan para Ahli Kasyaf yang tidak bergerak dari tikar sembahyangnya namun mereka dapat menyaksikan seluruh alam makhluk. Keadaan ini dapat terjadi kerana Allah jualah Nur bagi langit dan bumi. Nur-Nya juga memancar di dalam kalbu orang mukmin. Nur di atas nur (Nuurin ala nuuroo). Nur dari alam atas membawa turun seluruh alam kejadian dan dapat ditangkap oleh nur di bawah yaitu kalbu orang mukmin. Jadi, kalbu orang mukmin itu meliputi seluruh alam makhluk tanpa dia perlu terbang ke mana-mana.
“Dipimpin Allah kepada nur-Nya siapa yang Dia kehendaki”.
“Katakanlah: Ruh adalah urusan Tuhanku”.
Urusan Tuhan, inilah maqam terakhir seorang hamba. Tidak ada apa-apa lagi padanya melainkan urusan Tuhan. Apabila dia sudah larut di dalam urusan Tuhan maka urusan Tuhanlah yang memperjalankannya ke seluruh alam maya hingga terdampar ke Sidhratul Muntaha. Seterusnya memanjat ke Qubah yang menjadi puncak segala alam kejadian. Tidak ada apa-apa lagi kecuali : “ALLAH, RABBIL ‘IZZATI!” Allah jualah yang memiliki Hijab Yang Teguh.

BANGUNAN ALAM MAKHLUK
Segala sesuatu yang diciptakan Allah dari yang sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya dinamakan Alam Makhluk atau Alam Kejadian. Alam ini digolongkan menjadi : Alam Syahadah, Alam Mitsal, Alam Arwah.

Alam Syahadah adalah benda dalam arti kata yang luas. Jangan menyangka sesuatu yang jauh dan tidak dapat dipandang dengan mata kasar itu sebagai bukan benda. Jika bintang merupakan benda yang paling jauh kelihatan pada pandangan kita, yang lebih jauh daripada bintang dan tidak dapat dipandang juga termasuk dalam kumpulan kebendaan. Benda atau jisim dibagi menjadi :

1. Jisim yang dapat dilihat dan dipegang.
2. Jisim tipis yang tembus pandangan (transparent).
3. Jisim halus yang ghaib.

Ketiga jenis jisim tersebut berada pada Alam Syahadah. Alam Syahadah dibagi menjadi empat peringkat alam.

1. Alam Langit Dunia.
2. Alam Bumi.
3. Alam Langit-langit.
4. Alam al-Kursi Yang Agung

Alam Mitsal. Alam Syahadah yang berbataskan al-Kursi Yang Agung dengan segala isinya berada di dalam ruang angkasa Alam Ghaib yang dinamakan al-Arasy al-Majid (al-Arasy Yang Megah), yang sudah termasuk dalam peringkat Alam Mitsal. Rasulullah s.a.w memberi gambaran tentang keluasan al-Arasy al-Majid, “Hai Abu Zar. Langit yang tujuh dan bumi yang tujuh di sisi al-Kursi hanya seumpama sebentuk cincin di atas padang pasir luas, dan al-Kursi di sisi al-Arasy hanya seumpama sebentuk cincin di atas padang pasir yang luas pula. Lebihnya al-Arasy daripada al-Kursi seperti lebihnya padang pasir yang luas daripada sebentuk cincin tersebut”.

Alam Arwah. Peringkat terakhir Alam Mitsal ialah al-Arasy al-Karim. Setelah itu adalah Alam Arwah (Alam Ruh). Pada Alam Arwah terdapat juga alam-alam Hijab. Seluruh al-Arasy al-Karim bersama-sama segala isi kandungannya berada di dalam bulatan sejenis Alam Hijab yang lebih ghaib dan lebih seni. Ada beberapa peringkat Alam Hijab dalam Alam Arwah. Setiap peringkat ada 7,000 lapis Hijab. Lapisan pertama daripada Alam Hijab itu dinamakan Hijab Permata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar